Senin, 23 Mei 2011

Pasar Kodok


Mendengar kata pasar, maka semua orang pasti mahfum pada sebuah tempat dimana terjadi transaksi jual beli, tempat bertemunya penjual dan pembeli atau tempat terjadinya penawaran dan permintaan (supply and demand). Paling ngga itu yang diajarkan waktu SMA buat yang masuk kelas IPS. Dan kodok adalah binatang amfibi yang bisa hidup di dua tempat. Waktu kecil mungil disebut dengan kecebong, begitu udah gede dipanggil kodok atau disebut katak untuk yg berpendidikan lebih tinggi.

Tapi Pasar Kodok bukanlah pasar tempat transaksi atau jual beli kodok. Jadi kalau anda sudah menebak bahwa pasar kodok adalah tempat jual beli kodok, maka anda salah. Dan karena salah, anda bisa milih mau dihapus apa di type-X? Soalnya kalo di coret-coret nanti dikira habis lulus ujian hehehe.


Pasar Kodok adalah sebuah tempat yang terletak di Banjar Tegal Belodan, Tabanan. Lokasinya hanya berjarak kurang lebih 5 km dari patung Dasamuka, yg jadi landmark kota Tabanan. Dan sebagaimana umumnya pasar, tempat ini juga menjadi tempat transaksi jual beli barang. Hanya kebanyakan yang diperjualbelikan di pasar ini adalah barang bekas atau khususnya pakaian bekas. Tapi ada juga pakaian yang masih baru dijual disana.

Luas pasar ini hampir 2 hektar yang dibagi pada beberapa los ukuran 4x4 meter. Ada ratusan pedagang yang menghuni pasar ini. Secara pastinya saya tidak tahu karena saya bukan petugas sensus…

Pakaian bekas yang dijual dipasar ini beraneka ragam baik dari merek, ukuran, bahan dan macamnya. Dari merek luar negeri yang terkenal sampe yang ngga dikenal sama sekali, juga ada. Ukuran dari mulai anak2 sampai ukuran gajah oversize ada juga. Bahan yang ditawarkan juga macam-macam dari kaos katun hingga kulit macan. Cuma sayang belum ada yg jual kulit Badak ato kulit Landak. Mau cari jas, celana kolor, jaket sampe gaun pengantin juga tersedia.

Konsumen bagi barang2 di Pasar Kodok ini juga beragam mulai dari yang berkerah biru sampai kerah putih, dari yang jalan kaki sampai mobil mercy. Kenyamanan mungkin menjadi kunci pokok kenapa Pasar Kodok menjadi pilihan. Dibandingkan sepuluh tahun lalu dimana Pasar Kodok masih belum berkembang (masih jadi Pasar Kecebong kali hehe). Pembeli masih harus berdesakan dan berebutan. Apalagi sewaktu barang2nya baru diturunkan dan dikeluarkan dari karung. Prinsip siapa cepat dia dapat adalah mutlak. Apalagi waktu itu pasar ini cuma buka di malam hari dan lokasinya dekat sawah yang becek dan ramai ketika musim kodok kawin. Ramai dengan kodok tentunya, karena para undangannya juga kodok semua.

Waktu itu harga barang2 disana masih terbilang murah, 25 ribu untuk sebuah jaket tebal berbahan bulu. Barangnya masih baru karena termasuk barang reject yang tidak lolos quality control. Sedangkan sekarang harga jaket rata2 meningkat 2x lipat. Yaitu 55 ribu tapi bisa ditawar jadi 40-45 ribu, harga tertinggi untruk jaket adalah 60 ribu. Jadi jangan mau kalo diminta membayar lebih dari itu. Dan ini berlaku untuk semua jaket dari bahan apapun termasuk dari bahan genuine leather.

Untuk membedakan antara barang baru dan bekas bisa dilihat dari resletingnya. Barang yang masih baru dijamin tidak ada cacat di bagian resletingnya. Karet tidak melar, jahitan masih utuh dan tidak ada bekas daki. Tapi ini hanya berlaku untuk jaket. Karena untuk pakaian lain biasanya bekas semua.

Seperti pada gaun pengantin, biarpun resletingnya masih bagus dan tak ada cacat dan jahitan utuh. Bisa dipastikan itu adalah bekas. Karena gaun pengantin cuma dipake dua kali, pertama waktu fitting dan kedua pada saat acara kawinannya. Jadi kondisinya selalu dipastikan 99,91%. Dan belum pernah ada orang pergi kondangan pake gaun pengantin, kecuali orang tersebut otaknya nyerong ke kanan atau ke kiri 75 derajat. Apalagi kalo orang yg pake tersebut laki-laki hehehehe….

Dan bagi yang berminat dengan pakaian bekas murah dan bermerek, anda bisa jadikan Pasar Kodok sebagai rujukan berbelanja. Oya…jangan lupa sediakan uang untuk pijat refleksi atau relaksasi, karena sehabis belanja disana dipastikan anda akan lelah luar biasa.

Denpasar, 17 Mei 2011

1 komentar: