Kamis, 07 April 2011

Motor travelling

Mudik naik motor emang tidak ada duanya. Sensasi yang ditimbulkan tidak bakal bisa ditemui pada kendaraan lain. Apalagi jika motor yang dikendarai punya karakteristik tertentu semisal harley dapitson atau jenis moge lain. Jalanan jadi serasa milik neneknya yang diwariskan langsung tanpa perantara.


Dan berhubung motor yang saya naiki bukan jenis moge, jalanan juga tetep punya bersama. Berbagi jalan dengan pengendara lain wajib hukumnya. Kebetulan motor yang jadi tunggangan kali ini adalah yamaha vega R terbitan tahun 2002 warna metalik.

Berangkat dari denpasar sekitar jam 10 siang, kebetulan cuaca cerah. Tapi jangan salah, cuaca di Bali tidak seperti di tempat lain. Sekali pun matahari bersinar terik tiba2 bisa turun air dari langit secara rombongan yang bisa bikin badan anda basah kuyup. Kalo orang bule bilang ”it’s hujan”.

Perjalanan mudik bisa dibilang lancar, soalnya yang mudik hari itu juga masih sedikit. Mungkin karena masih masih pagi, kalo berangkat sore pasti sudah harus berjibaku dengan bus AKAP seperti Akas, Safari, Gunung Harta, dkk. Termasuk para pemudik lain yang pake motor atau mobil.

Motor VegaR yang saya kendarai bisa berjalan agak cepat karena jalanan sepi, paling tidak bisa di pacu hingga 80 km/jam, alias kecepatan maksimum motor ini. Itu pun saya tahu karena melihat speedometer motor lain, soalnya spedometernya sendiri sudah mati. Maklum motor tua untuk ukuran bebek standar vega-R.

Tapi motor vega-R memang yahud untuk diajak bermanuver, tikungan di daerah tabanan bisa dilahap dengan mudah. Mungkin karena sasis buatan Yamaha yang kagak ade matinye. Terbukti dengan kemampuannya mengasapi motor Thunder 125 buatan suzuki. Hanya saja motor ini loyo di tanjakan. Jadi begitu lepas tikungan dan ketemu tanjakan Thundernya hilang ga kelihatan. Pokoknya ketinggalan juauuuuuuuuuh buanget.

No body perfect itu kata orang Tegal yang baru ikut les bahasa Inggris bilang. Begitu juga sewaktu motor ini dipakai untuk mendahului tronton di daerah Selamadeg. Dengan penuh percaya diri coba mendahului, tapi begitu separuh jalan dari depan terlihat sebuah truk lain. Gas pun diplintir tapi ga bisa, ternyata memang sudah penuh. Akhirnya mundur lagi. Banyak kecelakan motor terjadi karena hal seperti ini tapi tidak berhasil mundur dengan sempurna, dan akibatnya biasanya fatal. 

Selain dari lajunya yang kurang sempurna, ternyata pengeremannya juga setali tiga uang. Meski sudah diremas-remas tuas rem depannya sampai tangan merah dan panas, motor tetap jalan. Tapi untung rem belakang masih mau diajak kerja sama. Tapi sama seperti sistem koalisi partai di negeri ini, mau diajak kerja sama harus mau ngepot-ngepot dulu sebelum berhenti.

Akhirnya sampai di tujuan jam 4 sore, lumayan juga untuk sebuah motor tua. Tapi paling tidak masih lebih baik dari pada jika mengendarai Astrea Grand 94 saya. Mana shockbreaker depan belakang mati semua. Biarpun mesinnya oke masih bisa dipacu sampai 95 km/jam tapi getaran mesinnya bisa bikin badan lemas. Belum lagi jika ditunggangi lama-lama bisa bikin kesemutan daerah pantat dan sekitarnya. Jadi mudik naik motor Vega-R memang lebih menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar