Senin, 11 April 2011

Traficking Bukan Soal Lalulintas


Ya, traficking bukan urusan polisi lalulintas. Seperti yang dulu terjadi ketika masih mahasiswa, Lembaga Pers Kampus FH Unud ’Kertha Aksara’ bikin seminar tentang traficking. Polda Bali mengirim salah satu anggotanya yang berdinas di bagian lalulintas sebagai salah satu pembicara. Padahal traficking disini maksudnya adalah perbuatan yang berkaitan dengan jual beli manusia. Jadi ya begitulah, pada akhirnya ibu polisi itu pun hanya jadi pendengar yang baik.



Perdagangan manusia ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama, hampir sama tuanya dengan umur industri dalam kehidupan manusia. Industri membutuhkan banyak pekerja yang murah dan mudah disiksa. Ketika perbudakan sudah dihapuskan maka, industrialis membutuhkan cara lain untuk mendapatkan pekerja. Meski kemudian pekerja mendapat upah, tetap saja upah yang dudapat tidak sesuai dengan pekerjaannya.

Jual beli manusia ini kebanyakan menimpa perempuan dan anak-anak. Karena merekalah di dalam keluarga yang posisinya paling lemah. Dan dalam kenyataannya jual beli manusia berkembang menjadi jual beli organ-organ tubuh. Korban bisa dibelah tubuhnya untuk diambil jantung, ginjal, hati, ato terkadang cuma diambil matanya. Untuk kemudian ditransplantasikan kepada orang yang membutuhkan. Tentunya itu semua dilakukan dengan tanpa persetujuan dari si korban.

Di Indonesia mungkin belum ditemukan kasus yang se-ekstrim itu. Tapi belum ditemukan bukan berarti tidak ada lho. Kebanyakan kasus jual beli manusia adalah untuk dipekerjakan sebagai prostitusi. Para korbannya yang kebanyakan perempuan sering diiming-imingi untuk mendapat pekerjaan. Dan sebagai gadis desa yang lugu, baik hati dan tidak sombong, biasanya menerima tawaran tersebut dengan harapan bisa membantu perekonomian keluarga. Dan daerah tujuannya biasanya kalo ngga Batam ya Bali.

Seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu. Tepatnya tahun 2006 bulan Desember. Kakak ku nelpon, bertanya tentang daerah Sanur dan sebuah kafe yang ada disana. Sampai pada intinya adalah meminta bantuan untuk mengeluarkan dua orang perempuan yang konon katanya bekerja di kafe tersebut. Bagaimana mereka bisa berada disana, itu karena mereka ditawari bekerja di Bali oleh seseorang yang mereka kenal sebagai penyalur kerja. Tapi tentu saja si penyalur kerja ini tidak merinci bahwa nantinya mereka juga harus menemani dan melayani para pria kesepian.

Dan setelah bekerja selama dua minggu, dua perempuan ini sudah tidak betah dan ingin pulang ke desanya di Pabuaran, Subang, Jawa Barat. Ngga betah karena pekerjaan yang dijalani ternyata tidak sesuai dengan yang dijanjikan sebelumnya.

Setelah melihat situasinya maka dibuatlah sebuah rencana evakuasi. Rencana pertamanya adalah menjemput langsung ke lokasi. Tapi kemudian dibatalkan, karena kemungkinan suksesnya kecil. Mengingat disekitar lokasi tentu sudah banyak penjaga yang badannya jauh lebih besar dibanding kami yang masih mahasiswa dan makan ngga teratur pula. Dan kemungkinan terkejar bakal sangat besar karena motor yang kami pakai masih Honda keluaran orde baru. Pasti bakal kekejar sama motornya Komeng yang selalu terdepan atau motor lain yang lebih bertenaga, malah lebih ngeri lagi kalo yang ngejar mobil, artinya pasukannya buanyak.

Akhirnya dipilih rencana kedua, yaitu meminta supaya kedua orang ini keluar sendiri dari lokasi dengan naik taksi. Sampai pada tempat yang sudah ditentukan baru dijemput, tentunya dengan sudah memastikan kalo taksinya ngga diikuti orang lain.

Dan evakuasi pun berhasil, cuma masih ada satu yang harus dipikirkan. Yaitu bagaimana caranya mengeluarkan mereka dari Bali. Padahal pintu keluar Bali hanya ada dua. Satu, lewat terminal Ubung. Kedua, lewat terminal Ngurah Rai. Dan terminal Ngurah Rai bukanlah jalur yang cocok meski yang paling aman. Berhubung biaya operasional pemulangan 2 orang ini hanya tersedia 1,5 juta. Itu pun hasil ngutang dari tetangga di kampungnya.

Padahal waktu itu adalah peak season, karena sedang liburan natal dan tahun baru. Harga tiket pesawat mahal ga karuan. Untuk tujuan Jakarta sekitar 700 ribu, dikalikan 2 sudah 1,4 juta. Belum lagi transport dari Jakarta ke desa masing-masing. Emang mau, jalan kaki dari Jakarta? Nyampe rumah udah pada gembrot itu kaki.

Lewat terminal Ubung adalah yang paling sulit, karena udah dijaga sama anggota sindikat. Terpaksa harus menunggu sampai beberapa hari supaya penjagaannya berkurang. Setelah beberapa hari dan dirasa sudah agak aman, baru kedua orang ini dikirim pulang dengan naik Bus langsung tujuan Subang. Mission acomplished. Akhirnya bisa tidur tenang lagi tanpa takut diuber-uber preman.

1 komentar:

  1. Wynn Casino CT | DRMCD
    Wynn Casino CT. 제주도 출장안마 1-800-522-4700 · Email · 광양 출장안마 Live Chat · Live Chat 안동 출장안마 · 여주 출장마사지 Games and Activities · Promotions and 공주 출장샵 Bonuses.

    BalasHapus